Jus komunikasi


the key of chicken’s communication

Salah satu dalih menyebalkan yang selalu diungkit setiap kali saya melakukan kesalahan bicara adalah persoalan latar belakang pendidikan saya: komunikasi.

Ketika saya mencapai titik didih alias amarah dan mengatakan hal-hal yang dipicu situasi tersebut, lawan saya seolah memanfaatkan momentum itu dengan memojokkan saya dengan kata-kata semacam: “katanya orang komunikasi kok tidak bisa berkomunikasi dengan benar“. Mungkin yang ia maksudkan adalah konteks pembicaraan yang saya ciptakan haruslah selalu diplomatis dan membuat senang hati yang mendengar.

Wah, saya tidak bakat dalam hal itu.

Lagipula, apa hubungannya sekolah atau latar belakang minat pendidikan dengan kemampuan khusus itu? Saya rasa tanpa sekolah atau kuliah di bidang komunikasi pun setiap orang harusnya sudah mempelajari sendiri keahlian komunikasi interpersonal itu. Dalam kalimat klise, mahasiswa komunikasi atau pakar komunikasi sekalipun adalah manusia bukan. Bahkan saya yakin Mario Teguh tak hanya menginspirasi orang dengan kata-katanya…tentu saja dia punya saat dimana ia menyakiti seseorang dengan sengaja maupun tidak. Dan lagi, saya menolak untuk membawa-bawa background subjek pendidikan saya selagi saya memang ingin menyumpah serapah.

Tidak ada hubungannya.

Pada saat marah, seseorang yang sudah mendalami ilmu kebatinan dan pengendalian diri pasti akan menghitung nafas hingga sepuluh sebelum marah. Sayangnya, saya lebih suka meluapkannya lalu lupa. Walaupun akhir-akhir ini saya berusaha keras untuk tidak membalas lemparan batu dengan tinja.

Jika orang diharapkan menjadi produk instan hasil didikan sebuah pengajaran, saya rasa hal itu seperti menyamakan manusia dengan sarden kalengan atau jus botolan. Produksi massal yang diharapkan berkualitas standar. Apakah kemudian seorang yang belajar psikologi dengan sendirinya bisa menjelaskan mengapa si Anu yang terkenal baik hati bisa membunuh seseorang atau menjelaskan apa yang ada di dalam pikiran seorang autism? Saya rasa harapan demikian terlalu muluk.

Seolah mengharapkan produk segar instan dengan mencampur jahe, wortel dan apel dalam blender lalu jadilah jus kesehatan. Masukkan anak bermasalah pada SLB lalu dia akan jadi ‘normal’, atau masukkan orang ke penjara maka dia akan insaf. VOILA! Hal yang sangat naif saya kira.

Pikiran adalah ruang pribadi yang sulit ditembus hingga dengan demikian menjadikannya milik seseorang yang paling berharga. Kalaupun ada orang yang bisa baca pikiran orang lain, saya rasa dia sebisa mungkin berusaha meminimalkan kemampuan ‘lebih’ itu. Apa enaknya mengetahui pikiran-pikiran orang banyak yang berseliweran dan tidak ingin kita ketahui? Pikirannya pasti akan penuh bahkan bisa sampai berhalusinasi mengalami sendiri pikiran orang lain sebagai pikirannya. Ketidaktahuan sungguh (kadang) merupakan berkah!

Maka ketika ada orang bahkan orang tua saya sendiri menyindir bahwa saya mahasiswa komunikasi yang tidak bisa berkomunikasi (saat berdebat dengan mereka), yah…apa yang bisa saya katakan? Saya hanya bisa merujuk pada perumpamaan jus blender tadi. Saya bukan wortel atau tomat atau apel yang dimasukkan blender dalam bentuk kuliah jurusan komunikasi yang saya pilih sendiri lalu tiba-tiba keluar sebagai pakar komunikasi, seorang yang komunikatif dan menyenangkan.

Tidak.

Hakikat komunikasi adalah pertukaran pesan dua arah. Jika mereka tidak mengerti apa maksud saya sebenarnya meski saya sudah berusaha menyampaikan sejelas mungkin…yah mungkin itu yang dinamakan fenomena persoalan komunikasi alias…noise.

 

effective communication

7 respons untuk ‘Jus komunikasi

  1. Owh, ternyata Elga anak komunikasi ya.. tebakku salah dong ya, haha.. pasti kamu pintar berkomunikasi dg baik dan benar ya *dikeplak*
    Aku tipe yg cukup sulit berkomunikasi aplg sama org baru.. :P

    1. eh eh nebak apa mbaaak? anak design ya? mukaku mirip kartun ya??hahahahahah! Nah tuh dia mbak! belom tentu anak komunikasi pinter komunikasi hahahah kayaknya itu tergantung latihan dan bakat :DD
      sama dunk kita! aku juga susyah berkomunikasi ma orang baru..apalagi kenalan di bis! hahahahay!

  2. yang tiba2 membuatku tertarik dan membuka mata lebar2 adalah munculnya kata membunuh :)
    ini aku baru sadar akan sikap bar-bar ku yang sangat membahayakan jiwa orang lain, apabila aku nggak punya pegangan agama… ehm, menarik. sangat menarik. LOL
    btw, untung aja aku nggak masuk komunikasi, slaen karena aku nggak bisa berkomunikasi ‘yang baik’ (menurut khalayak ramai), juga aku nggak dsalahin klo nggak bisa ngomong jelas :p

    1. ah iya, tapi tetep bukan alasan bawa2 kuliah saya donk ;P misale aku tukaran karo kowe kan ra ana dalihe: jare cah design tapi kok ra iso mendesign percakapan yang bener…wkwkwkwkwkwk!

Jadi, bagaimana menurutmu?