Cerita Orang-Orang New York


Soal street photography atau fotografi jalanan pasti sudah cukup familiar bagi kita. Bidikan kamera dengan subjek acak di jalanan. Selama beberapa waktu, saya sempat menjadi pengunjung setia The Sartorialist, sebuah blog fashion yang menampilkan jepretan Scott Schuman selama “berburu” mode jalanan.

Schuman bukan desainer baju ataupun jurnalis sungguhan. Tapi sebagai pengamat sekaligus pengabadi gaya para pejalan di berbagai kota di seluruh dunia, ia cukup dihormati di kalangan pelaku mode.

Orang-orang yang dibidiknya mayoritas orang asing “kenal di jalan” yang bahkan (mungkin) tak sempat bertukar nama dengan Schuman. Seringkali ia juga membidik diam-diam (candid) seseorang yang tengah melintas atau menunggu di pinggir jalan atau bersepeda dengan sepatu hak tinggi.

Tapi hal itu justru menjadikan hasilnya menarik. Kejelian Schuman menangkap detil gaya personal atau perpaduan dandanan yang secara tak terduga bisa dipakai manusia (contoh, pria brewok dengan rok lipit panjang yang terkesan “wajar”), menghasilkan hiburan mata bagi pengunjung blognya.

Nah, sejak memiliki akun Instagram (media sosial untuk berbagi gambar/video pendek), saya jadi pengikut (follower) para pemilik akun seperti Schuman. Salah satunya adalah @humansofNY (HONY) yang dikelola pria bernama Brandon (tidak dicantumkan nama lengkap di Humans of New York ).

Awalnya Brandon (seperti yang ia cantumkan di web blognya) hanya berencana melakukan sensus fotografi kota New York pada 2010 lalu. Ambisinya adalah mengumpulkan foto wajah penduduk New York sampai 10.000 buah. Tapi, di tengah jalan ia memutuskan untuk menambahkan sedikit cerita tentang subjek foto yang bersangkutan sebagai caption.

But somewhere along the way, HONY began to take on a much different character. I started collecting quotes and short stories from the people I met, and began including these snippets alongside the photographs. (Di tengah jalan, HONY mulai berubah karakter. Saya mulai mengumpulkan pernyataan dan kisah singkat dari orang-orang yang saya temui dan menyertakannya bersama foto).

Short stories. Mungkin itulah yang kemudian jadi daya tarik utama foto-foto Brandon ini. Projek pribadi Brandon ini telah mengumpulkan jutaan orang jadi “pengikut” tetap karyanya di Facebook, Tumblr dan Instagram dalam kurun 2 tahun saja. Sebagian mungkin seperti saya, ingin tahu sekilas cerita kehidupan para newyorker ini.

Saya tidak pernah bisa membayangkan tinggal di New York. Kota yang ribuan kilometer jauhnya plus berada di negara yang susah pengurusan visanya he he. Berkunjung ke sana saja tidak terbayang, apalagi mengobrol dengan ribuan penduduknya. Yang di negeri sendiri saja tidak setiap saat terlibat percakapan dengan kita, bukan? Tapi melalui foto-foto Brandon, saya merasakan “kedekatan personal” dengan orang-orang di kota itu.

Keputusan Brandon menambahkan unsur personal yang bukan sekedar nama atau identitas diri, menurut saya sungguh tepat. Wajah-wajah bidikan Brandon mungkin hanya jadi wajah asing yang kebetulan bertemu di jalan dan menarik untuk diabadikan. Namun kisah, pendapat, atau bahkan filosofi hidup yang diceritakan si pemilik wajah telah menambahkan konteks yang tidak terbayangkan.

Siapa sangka bahwa pria berwajah “biasa” ternyata punya trauma akibat bunuh diri yang dilakukan temannya. Atau cerita cekak anak kecil ompong yang berkata terpaksa memberikan kura-kura ke kebun binatang karena kebesaran. Juga kisah masa lalu wanita tua yang memutuskan pergi dari kota kelahirannya untuk sekolah dan meninggalkan tunangan dengan resiko kehilangan dia.

Saya jadi membayangkan, bagaimana ya cara Brandon mendekati para orang asing tersebut? Membujuk agar mereka berkenan dipotret dan ditanya pertanyaan-pertanyaan pribadi dan bukannya nama atau alamat.

Nama bukankah hal utama dalam hal ini tapi ikatan antara wajah yang terpotret dengan kisah mereka. Menjadikan kita, orang-orang yang lebih asing lagi, berhak mengintip sedikit kehidupan orang lain.

Bagi saya sendiri, menyimak kisah orang-orang New York ini tak ubahnya membaca dongeng atau fiksi. Banyak cerita yang membuat haru, tersenyum atau malah ikut merenung. Bedanya, yang ini cerita asli..

Sungguh, saya iri dan kagum pada konsistensi Brandon untuk terus “berburu” kisah dan menyediakan waktu untuk “mendengar” cerita mereka. Lebih lagi, memilahnya untuk kita.

image

image

image

image

All pictures are captured from @humansofNY instagram account. I own nothing. Thank you.


Satu respons untuk “Cerita Orang-Orang New York

  1. Banyak Penulis Pejalan terkadang asyik mengeksplorasi alam, banyak yang lupa bahwa subyek paling menarik untuk dikenal dan diceritakan adalah “Manusia” beserta latar belakang yang membentuknya.

Jadi, bagaimana menurutmu?